Pdt. I Gusti Gede Sugiharta S.Th
Ringkasan Kotbah
tanggal 28 Juli 2016
Dalam Kehidupan Kekristenan, satu hal yang harus kita perhatikan adalah apakah kita mengalami pertumbuhan
rohani seperti kita rajin beribadah ke gereja, berdoa, bersekutu, mendengar
firman, menghapal banyak firman, namun apakah firman tersebut berkuasa untuk
mengubah kehidupan kita? Berkuasa untuk menumpas Amalek-Amalek dalam kehidupan kita?
Perlu kita ketahui bahwa Amalek tidak akan bisa ditumpas dengan senjata-senjata
duniawi, sebab dibalik Amalek ada roh duniawi yang kuasanya sangat besar dalam
mengendalikan Amalek-Amalek yang ada dalam kehidupan kita, yakni roh kedagingan.
Biasanya orang yang hidup dalam kedagingan, kecintaanya pada dunia akan
melebihi kecintaanya kepada Allah. Semua itu akan terlihat pada cara hidupnya,
gaya hidupnya, semua yang dikerjakannya, yang dikatakannya, yang dipikirkannya,
orang dengan tipe seperti itu, yang dipermuliakannya bukanlah Allah, melainkan
uang dan hal-hal duniawi lainnya.
Kita harus melakukan sesuatu yang berbeda,
karena cara Allah puh jauh berbeda dibandingkan cara dunia didalam memulihkan
hidup. Walaupun dunia berusahan menawarkan “kembaran: dari cara-cara Allah,
sepintas sangat mirip dengan cara Allah, namun jelas ada yang berbeda.
Karena itu pada hari-hari ini kita harus mengisi hidup kita
tidak hanya dengan pengetahuan tentang dunia saja, tetapi kita harus mengisi
hidup kita dengan kebenaran-kebenaran tentang firman Allah. Kebenaran firman
ini harus memenuhi dan menguasai setiap kehidupan kita, mengisi setiap
kehidupan kita, sehingga setiap perkataan yang kita lontarkan di hari-hari ini
mampu mengadakan loncatan yang melampaui kerajaan dunia.
Kita mengenal peribahasa “Mulutmu, Harimaumu” itu berarti
kehidupan kita dikuasai oleh perkataan, kita harus meyakini bahwa mulut dan
perkataan kita itu memiliki kuasa yang sanggup memulihkan, Oleh karena itu sebagai hamba Tuhan, hendaklah mulut kita
tidak mengeluarkan kata kata kutuk, janji-janji kosong dan nazar-nazar yang
tidak mampu kita genapi. Kita harus berhati-hati dengan segala perkataan yang
kita ucapkan. Yang harus kita tingkatkan adalah menghaturkan pujian bagi Allah,
membagikan kesaksian tentang kebaikan-kebaikan Allah. Perkataan negatif hanya akan
menggerogoti kita tanpa kita sadari. Sebaiknya kita mulai belajar mengendalikan
perkataan, karena hidup dan mati kita dikuasai oleh perkataan. Amsal 18 : 21 mengatakan “ Hidup dan
Mati dikuasai lidah, dan siapa suka menggemakannya akan memakan buahnya”. Ayat
tersebut tersirat makna bahwa kita harus berhati-hati dalam menggemakan, mengucapkan,
memperkatakan perkataan dalam segala hal. Ibarat lonceng, gaungnya tidak akan
terhenti berbunyi, melainkan menggema, memantul, dan merambat kemana-mana.
Demikian pula kuasa perkataan. Perkataan yang terdengar negatif di telinga Allah
akan terdengar positif di telinga kuasa kegelapan,ketika kita menaikan
perkataan pujian dan penyembahan kepada Allah hal itu akan menyukakan hati
Allah, namun membuat hati kuasa kegelapan geram, hal itu karena sifat Allah dan
kuasa kegelapan itu selalu bertolak belakang Perkataan itu sangat berkuasa,
oleh karena itu mulailah kita belajar berkata positif, jika kita sakit,
sebaiknya katakan kita akan sembuh, jika kita sedang lemah sebaiknya berkata
mengenai kuatan, jika kita susah kita berkata mengenai suka cita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar