SHALOM...
SALAM SUKACITA...!!
SALAM PEMULIHAN...!!
SALAM KEMENANGAN...!!

Condongkan Hati





Pdt. I Gusti Gede Sugiharta S.Th
Ringkasan Kotbah tanggal  28  Juli 2016


Dalam Kehidupan Kekristenan, satu hal yang harus kita perhatikan  adalah apakah kita mengalami pertumbuhan rohani seperti kita rajin beribadah ke gereja, berdoa, bersekutu, mendengar firman, menghapal banyak firman, namun apakah firman tersebut berkuasa untuk mengubah kehidupan kita? Berkuasa untuk menumpas Amalek-Amalek dalam kehidupan kita? Perlu kita ketahui bahwa Amalek tidak akan bisa ditumpas dengan senjata-senjata duniawi, sebab dibalik Amalek ada roh duniawi yang kuasanya sangat besar dalam mengendalikan Amalek-Amalek yang ada dalam kehidupan kita, yakni roh kedagingan. Biasanya orang yang hidup dalam kedagingan, kecintaanya pada dunia akan melebihi kecintaanya kepada Allah. Semua itu akan terlihat pada cara hidupnya, gaya hidupnya, semua yang dikerjakannya, yang dikatakannya, yang dipikirkannya, orang dengan tipe seperti itu, yang dipermuliakannya bukanlah Allah, melainkan uang dan hal-hal duniawi lainnya.

Kita harus melakukan sesuatu yang berbeda, karena cara Allah puh jauh berbeda dibandingkan cara dunia didalam memulihkan hidup. Walaupun dunia berusahan menawarkan “kembaran: dari cara-cara Allah, sepintas sangat mirip dengan cara Allah, namun jelas ada yang berbeda.
Karena itu pada hari-hari ini kita harus mengisi hidup kita tidak hanya dengan pengetahuan tentang dunia saja, tetapi kita harus mengisi hidup kita dengan kebenaran-kebenaran tentang firman Allah. Kebenaran firman ini harus memenuhi dan menguasai setiap kehidupan kita, mengisi setiap kehidupan kita, sehingga setiap perkataan yang kita lontarkan di hari-hari ini mampu mengadakan loncatan yang melampaui kerajaan dunia.

Kita mengenal peribahasa “Mulutmu, Harimaumu” itu berarti kehidupan kita dikuasai oleh perkataan, kita harus meyakini bahwa mulut dan perkataan kita itu memiliki kuasa yang sanggup memulihkan, Oleh karena  itu sebagai hamba Tuhan, hendaklah mulut kita tidak mengeluarkan kata kata kutuk, janji-janji kosong dan nazar-nazar yang tidak mampu kita genapi. Kita harus berhati-hati dengan segala perkataan yang kita ucapkan. Yang harus kita tingkatkan adalah menghaturkan pujian bagi Allah, membagikan kesaksian tentang kebaikan-kebaikan Allah. Perkataan negatif hanya akan menggerogoti kita tanpa kita sadari. Sebaiknya kita mulai belajar mengendalikan perkataan, karena hidup dan mati kita dikuasai oleh perkataan. Amsal 18 : 21 mengatakan “ Hidup dan Mati dikuasai lidah, dan siapa suka menggemakannya akan memakan buahnya”. Ayat tersebut tersirat makna bahwa kita harus berhati-hati dalam menggemakan, mengucapkan, memperkatakan perkataan dalam segala hal. Ibarat lonceng, gaungnya tidak akan terhenti berbunyi, melainkan menggema, memantul, dan merambat kemana-mana. Demikian pula kuasa perkataan. Perkataan yang terdengar negatif di telinga Allah akan terdengar positif di telinga kuasa kegelapan,ketika kita menaikan perkataan pujian dan penyembahan kepada Allah hal itu akan menyukakan hati Allah, namun membuat hati kuasa kegelapan geram, hal itu karena sifat Allah dan kuasa kegelapan itu selalu bertolak belakang Perkataan itu sangat berkuasa, oleh karena itu mulailah kita belajar berkata positif, jika kita sakit, sebaiknya katakan kita akan sembuh, jika kita sedang lemah sebaiknya berkata mengenai kuatan, jika kita susah kita berkata mengenai suka cita.

Pada Mazmur 119:112 disebutkan “Telah kucondongkan hatiku untuk melakukan ketetapan-ketetapanMu untuk selama-lamanya sampai saat Terakhir”. Kita garis bawahi kata”Kucondongkan”. Makna dari kata tersebut adalah bahwa kita harus “membengkokan” hati kita dari kecintaan kita akan sesuatu kepada kecintaan akan Allah. Kita harus memaksa dan membengkokkan hati kita untuk berpaling dari kecintaan akan sesuatu(yang sebenarnya bukan itu yang harus kita cintai) menjadi kecintaan akan Tuhan. Di dalam Amsal 4:23 telah dikatakan “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan”. Kita harus mengerti rahasia firman bahwa antara perkataan dan hati itu merupakan satu kesatuan yang harus kita perhatikan. Perkataanmu berkuasa, dan hati harus dijaga karena perkataan yang hambar merupakan cermin dari hati yang hambar, kata kutuk merupakan cerminan hati yang mengutuk, perkataan yang bersungut-sungut merupakan cerminan dari hati yang bersungut-sungut. Karena itu marilah kita condongkan dan paksa hati kita untuk berbelok meninggalkan hal-hal yang biasa kita lakukan menuju hal yang luar biasa yaitu menjalankan ketetapanNya hingga saat terakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar